Disusun Oleh :
NAMA : INE LETTYSIA
KELAS : SMAK06-
NPM : 23212728
NPM : 23212728
I. Pendahuluan
Perekonomian dua sektor
disebut juga perekonomian sederhana. Perekonomian sederhana merupakan perekonomian yang tidak adanya
hubungan dengan Negara lain dan tidak adanya campur tangan pemerintah, baik
berupa pungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk
pengeluaran konsumsi. Dalam perekonomian
sederhana ini pengeluaran masyarakat seluruhnya pada tiap satuan waktu,
biasanya dalam setahun, dan akan terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran untuk investasi.
II. Pembahasan
Perekonomian dua sektor
disebut juga perekonomian sederhana, karena hanya terdiri atas dua pelaku,
yaitu rumah tangga konsumsi (masyarakat) dan rumah tangga produksi
(perusahaan). Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta
uang antara rumah tangga dengan perusahaan dapat kalian lihat pada gambar
berikut ini.
Interaksi ekonomi dalam perekonomian dua
sektor juga dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Gambar 2. menunjukkan
keadaan apabila seluruh pendapatan yang diterima RTK digunakan seluruhnya untuk
belanja barang dan jasa. Ini berarti bahwa pendapatan sama dengan pengeluaran.
Tidak ada bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dapat dikatakan bahwa
perekonomian mengalami keseimbangan.
2.1 Hubungan Antara Konsumsi dan Pendapatan
a.
Pada pendapatan yang rendah rumah tangga akan menggorek tabungan.
b.
Kenaikan pendapatan akan menaikkan pengeluaran konsumsi.
Biasanya pertambahan pendapatan
lebih tinggi daripada pertambahan konsumsi.
c.
Pada pendapatan yang tinggi, rumah tangga cenderung akan menabung.Hal tersebut disebabkan karena pendaptan selalu lebih
besar dari pertambahan konsumsi maka pada akhirnya rumah tangga tidak ”menggorek
tabungan”.
2.2 Konsep Pendapatan Disposebel dengan
Konsumsi dan Tabungan
a.
Kecondongan Mengkonsumsi
Ada dua macam, yaitu
kecondongan mengonsumsi marginal dan kecondongan mengonsumsi rata-rata.
- Kecondongan mengonsumsi marginal dinyatakan sebagai MPC, yaitu
perbandingan diantara pertambahan konsumsi yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposebel yang diperoleh.
- Kecondongan mengonsumsi rata-rata dapat dinyatakan sebagai APC, yaitu
sebagai perbanduingan di antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat
pendapatan disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan.
b.
Kecondongan Menabung
Ada dua macam, yaitu
Kecondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata.
- kecondongan menabung marginal (MPS) dapat didefinisikan sebagi
perbandingan di antara pertambahn tabungan (∆S) dengan pertambahn
pendapatan disposebel (∆Y).
- . kecondongan menabung rata-rata (APS) menujjukan perbandingan di antara
tabungan (S) denganpendapatan disposebel (Y).
2.3
Pendapatan Nasional Keseimbangan
2.3.1 Fungsi Konsumsi
Apabila
pendapatan (Y), pengeluaran (E), dan konsumsi (C) maka keseimbangan dalam
perekonomian adalah :
Y = C
Menurut
Keynes
C
= f (Y)
C
= Co + bY
b
= MPC =
0
<
MPC <
1
C :
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
Co :
Konsumsi minimal rumah tangga
b :
Hasrat marjinal berkonsumsi
Perekonomian dalam keseimbangan pada saat :
Y =
E à karena
pengeluaran hanya C, maka :
Y =
C à disebut juga
BEP (Break Even Point)
Contoh :
Y1 = 100 C1
= 80
Y2 = 200
C2 = 150
C =
Co + 0,7Y
Kemudian untuk mencari Co, masukkan Y1
dan C1
80 = Co + 0,7
(100)
Co = 80 – 70
= 10
maka
C = 10 +
0,7Y
2.3.2 Fungsi Tabungan
Perekonomian
dalam keadaan keseimbangan apabila besarnya pendapatan sama dengan pengeluaran,
karena pengeluaran ada dua yaitu konsumsi rumah tangga (C) dan pengeluaran
investasi perusahaan (I), keseimbangan terjadi pada saat :
E = C + I
Dan kesamaan pendapatan adalah :
Y = C + S
Keseimbangan terjadi pada saat
Y = E
Sehingga
C + S = C + I
S = I
Dalam ekonomi, tabungan (S) = kebocoran, Investasi
(I) = suntikan.
Untuk mengetahui fungsi tabungan dapat dilakukan
dengan cara aljabar berikut ini :
Y = C + S
S = Y – C
S = Y – (Co + bY)
S = -Co + (1
– b) Y
(1 – b) = MPS
MPC + MPS = 1
Contoh :
C = 10 + 0,7 Y
S = -10 + 0,3 Y
Hubungan MPC, MPS, APC dan APS
MPC + MPS = 1
APC + APS = 1
2.3.3 Fungsi Investasi
Fungsi
investasi adalah fungsi yang memperhitungkan antara tingkat investasi dengan
besarnya pendapatan, secara matematis dapat ditunjukkan sebagai berikut :
I = Io + (MPI) Y
Macam dan jenis Investasi :
Ø Autonomous
Invesment
Investasi yang tidak bergantung
pada besarnya pendapatan.
Ø Induce
Invesment
Investasi yang bergantung pada
besarnya pendapatan.
Ø Foreign
Invesment
Investasi yang berasal dari luar
negeri.
Ø Domestic
Invesment
Investasi yang berasal dari dalam
negeri.
Ø Private
Invesment
Investasi yang dilakukan pihak
swasta
Ø Public
Investment
Investasi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
investasi :
1.
Jumlah penduduk
2.
Suku bunga
3.
Harapan
4.
Teknologi baru
5.
Sumber baru
Gambar
keseimbangan dengan kurva S dan I
Y = C +
I
Y =
Output Total
C + I =
Permintaan Total (Aggregate Demand)
III. Analisis Pendapatan Nasional dengan
Perekonomian Sederhana Dua Sektor
Dalam perekonomian sederhana sektor yang terlibat adalah rumah tangga (pihak konsumen) dan perusahaan atau pihak swasta (sebagai produsen) tanpa campur tangan pemerintah baik berupa pungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk pengeluaran konsumsi dan tidak berhubungan dengan perekonomian internasional baik ekspor maupun impor.
Terdapat
dua model analisis perekonomian sederhana yaitu sebagai berikut :
3.1. Model
anlalisis dengan variabel investasi dan tabungan
Pada model ini, muncul dua aktifitas ekonomi yang baru
yaitu, tabungan dan investasi. Tabungan rumah tangga dianggap kebocoran dalam
arus melingakar, karena dapat mengurangi kemampuan dari pendapatan secara riil
apabila digunakan untuk kegiatan lain seperti konsumsi. Namun Tabungan tersebut
tidaklah dianggap kebocoran apabila digunakan sebagai investasi. Tabungan yang
semula mengurangi pendapatan nasional, apabila digunakan sebagai investasi
dapat disebut injeksi, karena Investasi dapat menambah pendapatan nasional.
Bagi rumah tangga, dalam berkonsumsi pihak ini tidak sepenuhnya menggunakan penghasilan yang didapat untuk membeli barang dan jasa. Namun sebagian dari pendapatan tersebut biasanya dipergunakan untuk investasi dan tabungan.
Bagi rumah tangga, dalam berkonsumsi pihak ini tidak sepenuhnya menggunakan penghasilan yang didapat untuk membeli barang dan jasa. Namun sebagian dari pendapatan tersebut biasanya dipergunakan untuk investasi dan tabungan.
3.1.1
Tabungan
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Dalam ekonomi makro, tabungan adalah pendapatan masyarakat yang tidak digunakan
untuk kegiatan konsumsi. Kita dapat mengetahui hubungan tabungan dengan
pendapatan nasional dengan menggunakan fungsi tabungan. Fungsi tabungan
adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah
tangga dan pendapatan nasional dalam perekonomian.
S = -a + (1-b)Y
Keterangan :
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional.
Contoh kasus :
Keluarga pak Ahmad mempunyai penghasilan Rp.
7.000.000,00 sebulan, dengan pola konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C =
1.000.000 + 0,80Y. Berdasarkan data tersebut, hitunglah besarnya tabungan
keluarga ibu Tutik.
Pembahasan :
Untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S)
maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah merubah fungsi konsumsi ke
dalam fungsi tabungan kemudian memasukan nilai pendapatan (Y) ke dalam fungsi
tabungan.
C = 1.500.000 + 0,80Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = – 1.500.000 + (1-0,80)Y
S = – 1.000.000 + 0,20Y
Untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik
maka kita masukan nila Y kedalam fungsi tabungan :
S = -1.000.000 + 0,20(8.000.000)
S = -1.500.000 + 1.600.000
S = 100.000
Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah
Rp.900.000,00
3.1.2 Investasi
3.1.2 Investasi
Investasi yang
lazim disebut sebagai penanaman modal merupakan pengeluaran perusahaan
untuk membeli barang-barang dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang/jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Pada prakteknya, pencatatan nilai penanaman modal dilakukan dalam satuan tahun.
Yang termasuk investasi adalah sebagai berikut :
·
Pembelian
berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya
untuk mendirikan berbagai jenis industri perusahaan.
· Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
·
Pertabahan
nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang
masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Dalam perekonomian tertutp, perhitungan
pendapatan keseimbangan 2 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) dan
investasi(I).
Y = C + I
è (C = a + by)
Y = (a + by) + I
Y = a + by + I
Y – by = a + I
(1 – b)Y = a + I
Y = a + I/1 – b
Contoh: Dimisalkan (dalam milyar rupiah)
fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka besarnya
pendapatan nasional dengan pendekatan 2 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = (a + I)/(1 – b)
Y = (a + I)/(1 – b)
= (20 + 10)/(1– 0,75)
= 30/0,25
= 120 milyar rupiah
3.1.3 Angka Pengganda
3.1.3 Angka Pengganda
Angka pengganda
atau multiplier adalah hubungan kausal antara variabel tertentu dengan variabel
pendapatan nasional. Jika angka pengganda tersebut memepunyai angka yang
tinggi, maka dengan perubahan yang terjadi pada variabel tersebut akan
memengaruhi angka terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar juga, dan
sebaliknya. Perubahan pendapatan nasional itu ditunjukan oleh suatu angka
pelipat yang disebut dengan koefisien multiplier.
Proses multiplier adalah
adanaya perubahan pada variabel investasi menyababkan pengeluaran agregat menjadi
berubah. Namun dari keseimbangan pendapatan nasional tidak sebesar pertambahan
investasi tersebut.
Rumus :
Y =(a+b)/(1-b) => multiplier investment (I) ; K=1/(1-b)
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Y =(a+b)/(1-b) => multiplier investment (I) ; K=1/(1-b)
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
3.1.4
Deflationary
Gap dan Inflationary Gap
Dalam perekonomian dua sektor terdapat sisi
penawaran dan sisi permintaan. Besarnya penawaran ditunjukkan oleh besarnya
kemampuan berproduksi dari perekonomian tersebut dengan menggunakan seluruh
kapasitas produksi yang ada (pendapatan nasional/YFE).
Sisi permintaan ditunjukkan oleh besarnya
pengeluaran dari masyarakat dalam perekonomian tersebut (pendapatan
keseimbangan/Ye).
Apabila besarnya sisi penawaran sama dengan sisi
permintaan maka perekonomian dapat dikatakan dalam keadaan stabil atau tidak
terjadi kesenjangan (gap).
Apabila sisi permintaan (Ye) lebih besar dari sisi
penawaran (YFE), maka harga barang akan cenderung naik. Dalam keadaan
perekonomian seperti ini maka terjadi kesenjangan inflasi (inflationary gap).
Apabila sisi permintaan lebih kecil dari sisi penawaran, maka menyebabkan
tingkat harga cenderung turun berarti kondisi perekonomian terjadi kesenjangan
deflasi (deflationary gap).
Inflationary
gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi
yang terjadi lebih besar dibanding saving full employment (I > S) atau
terjadi bila permintaan total lebih besar dibanding penawaran total.
Deflationary
gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi
yang terjadi lebih kecil dibanding saving full employment (I < S) atau
terjadi bila permintaan total lebih kecil dibanding penawaran total.
Untuk
mengetahui besarnya kesenjangan pada perekonomian 2 sektor dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
dY = selisih YFE dengan Ye
Kesenjangan tersebut apabila digambar dapat dilihat
pada gambar berikut :
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar