NAMA : INE LETTYSIA
NPM : 23212728
KELAS : SMAK06
Bank
bisa mengatur kondisi yang ia inginkan, pada saat Ekspansive,
Moderate atau Konservatif. Bank bisa menentukan kondisi tersebut
melalui pengaturan LDR dan menjadikan Interest spread income (i2-i1)
menjadi setinggi mungkin dengan meningkatkan i2 (bunga untuk kredit
bank). Karena hal tersebut dapat mempengaruhi profit suatu bank, yang
akan menempatkan bank dalam salah satu kondisi tersebut. Kondisi bank
ekspansive berarti interest spread income bank adalah tinggi.
Sedangkan kondisi bank konservatif berarti interest spread income
bank adalah rendah. Dan kondisi moderate berarti interest spread
income bank adalah dalam kondiri sedang.
Ada 2
basis income dari bank yaitu :
1. fee base income berasal dari pemberian jasa (kliring, transfer, safe
deposito, valas, dll)
jika
dia mementingkan fee base income berarti memaksimalkan deposito
yang dia miliki (giro, tab, deposito).
2. Interest
spread income berasal dari produk
Bank sangat bergantung dengan dana pihak ketiga yang dalam
kenyataannya interest spread dan fee base sering bergabung keduanya
dalam memberi fasilitas dan kemudahaan melalui teknologi informasi
melalui integrasi data base.
Kedua basis income ini dapat menghasilkan revenue, dimana :
profit
= revenue – cost
Ada 2
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profit yaitu dengan
menaikan revenue berarti mengoptimalisasi aktivitas bank atau dengan
menurunkan cost berarti efisien aktivitas bank.
1. Metode pertama dengan optimalisasi revenue memiliki tingkat
resiko yang tinggi, karena untuk meningktkan LDR (Loan to Deposit
Ratio) bank harus mempunyai modal yang cukup sehingaa CAR (Capital
Adequacy Ratio) harus dinaikan. Karena CAR pada dasarnya
mempengaruhi tingkat kecukupan modal dalam portofolio.
Dan
optimalisasi juga dapat dilakukan dengan memperhatikan liquiditas
yang tersimpan di regulator, berkaitan dengan LRR (Legal Recovery
Rsource) yang dipengaruhi oleh RR(Reserch Revenue) yang nilainya
dapat dibesarkan) dan ER(Excess Requipment yang nilainya tetap) yang
nilainya dapat dilihat dalam Rekening pada BI. Jika
Rekening pada BI memiliki nilai yang tinggi berarti banyak dana yang
Unloanable Fund, dan jika rendah berarti Loanable Fund. Jika
mengalami unloanable fund berarti
save liquidity stocknya tinggi namun memiliki resiko yang tinggi,
dan jika loanable fund berarti save liquidity stocknya rendah namun
memiliki resiko yang rendah.
2.
Metode kedua yang bisa dilakukan oleh bank adalah efisiensi, caranya
adalah menyentuh kegiatan operasional bank (aktivitas bank), dengan
menggunakan Teknologi Informasi, Human resources atau Human capital.
Human capital sendiri merupakan asset perusahaan dalam bentuk skill
kariyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan. Namun pada dasarnya
efisiensi human capital selain dengan menetukan karyawan yang
bermutu kerja tinggi juga dapat dilakukan melalui pengembangan
Teknologi Informasi, contohnya adalah pada sistem bank yang saat ini
sudah adanya penggunaan atm yang menggantikan posisi teller.
Namun ada suatu teori, yang bernama teori productivity paradox yang pertama kali dikemukakan oleh Steven Roach dalam penelitian yang berjudul America's Technology Dilemma: A Profile of the Information Economy yang dipublikasikan pada tanggal 22 April 1987. Dihasilkan bahwa mengenai productivity paradox diperoleh karena adanya peningkatan yang sangat besar dalam teknologi komputasi, namun demikian tidak diimbangi dengan imbas yang dihasilkan dari sisi kinerja ekonomi, khususnya untuk sektor ekonomi yang didominasi oleh "pekerjaan informasi" (Bynjolfsson & Hitt 1996)
Namun ada suatu teori, yang bernama teori productivity paradox yang pertama kali dikemukakan oleh Steven Roach dalam penelitian yang berjudul America's Technology Dilemma: A Profile of the Information Economy yang dipublikasikan pada tanggal 22 April 1987. Dihasilkan bahwa mengenai productivity paradox diperoleh karena adanya peningkatan yang sangat besar dalam teknologi komputasi, namun demikian tidak diimbangi dengan imbas yang dihasilkan dari sisi kinerja ekonomi, khususnya untuk sektor ekonomi yang didominasi oleh "pekerjaan informasi" (Bynjolfsson & Hitt 1996)
Dan
dapat ditarik kesimpulan bhwa teori productivity paradox menjelaskan
bahwa adanya investasi dalam Teknologi Informasi adalah pemboros,
namun investasi dalam bidang Teknologi Informasi akan berguna bila
hat tersebut digunakan dalam industri dengan productivitas yang
besar.
The
law of the large number adalah suatu konsep statistik yang menghitung jumlah rata-rata kejadian/resiko dalam sebuah sample atau populasi untuk memprediksi sesuatu.
Teori ini menjelaskan pengaruh jumlah dan resiko, contoh suatu bank akan memilih nasabah 100 orang dengan uang 10.000/orang dari pada memilih nasabah 1 orang dengan dana 1.000.000. Karena hal itu adalah untuk meminimalkan resiko, jika adanya penarikan uang dari nasabah, bank tidak akan kekurangan dana dalam membiayai aktivitas bank.
Teori ini menjelaskan pengaruh jumlah dan resiko, contoh suatu bank akan memilih nasabah 100 orang dengan uang 10.000/orang dari pada memilih nasabah 1 orang dengan dana 1.000.000. Karena hal itu adalah untuk meminimalkan resiko, jika adanya penarikan uang dari nasabah, bank tidak akan kekurangan dana dalam membiayai aktivitas bank.
Isu
besar yang dapat terjadi di dalam lembaga keuangan seperti bank,
yaitu berkaitan dengan optimalisasi dan likuiditas. Dalam Likuiditas,
Ada hal-hal yang bisa dicontrol dan ada juga yang sulit dikontrol.
Hal-hal yang bisa dikontrol adalah karena bank bisa mengatur berapa
jumlah nasabah yang bisa menginvestasikan uangnya dalam bentuk giro.
Dan hal yang sulit dikontrol adalah apabila nasabah mendengar isu
tertentu dan melakukan penarikan uang secara masal. Contoh jika ada
isu bahwa telah terjadi pencurian di suatu bank yang membuat kerugian
dana yang cukup besar. Dan karena dana tersebut adalah milik nasabah.
Ada kekhawatiran dari nasabah bahwa bank tersebut tidak akan mampu
menjalankan aktivitas sebagai lembaga keuangan seperti sebelumnya.
Oleh karena itu nasabah melakukan penarikan secara serentak untuk
meberikan kepastian bahwa bank akan bertanggung jawab kepada
nasabah.
CitiBank
adalah bank pertama di Indonesia yang menerapkan corporate
comunication yaitu suatu bagian yang bertugas agar nasabah
menyalurkan uangnya melalui bank. Corporate comunication melakukan
program customer wallet share (dompet peduli nasabah), dimana
corporate comunication bertugas menciptakan suatu program yang dapat
membuat masyarakat mengeluarkan uangnya untuk suatu kegitaan yang
prosesnya melalui bank. Contoh : Corporate comunication dalam Bank X
mengadakan suatu program Go Green (menanam seribu pohon), setiap
masyarakat yang mengikuti program tersebut akan dikenakan dana yang
pembayarannya melaui Bank X. Sehingga terdapat pemasukan dari
pentransferan dana tersebut yang dapat meningkatkan profit Bank X.
Dan Bank X dapat meningkatkan profit yang lebih besar lagi dari
nasabah melalui biaya perawatan pohon sampai tumbuh besar. Akan
tetapi setelah seribu poho itu tumbuh besar hak kepemilikan atasnya
adalah bukan atas nama nasabah melaikan atas nama Bank X dan hal itu
meningkatkan asset Bank X. Hal tersebut merupakan konglomerasi yang
dilakukan oleh Bank X.
Tidak
hanya itu, konglomerasi juga dapat dilakukan secara Internasional.
Dari
gambar tesebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Mega
Bank menginginkan peningkatan profit kemudian Mega Bank mendirikan
suatu perusahaan dibidang kredit mobil bernama PT.X. Kemudian PT.X
bekerja sama dengan Setra Company yang merupakan perusahaan pembuat
mobil. Dimana mereka membuat perjanjian bahwa PT.X akan menampung
semua produksi Setra Company dan konsumen hanya bisa membeli mobil
tersebut di PT.X. Untuk meminimalisir tingkat kerugian PT.X bekerja
sama dengan PT.Asuransi SS. Sehingga tingkat resiko sebagai contoh
kecelakaan dari konsumen dapat ditanggung oleh pihak asuransi. Karena
PT.Asuransi SS mempunyai profit yang menjanjikan maka Mega Bank
membeli saham PT.Asuransi SS lebih dari 50% dan PT.Assuransi SS
menjadi milik Mega Bank. Maka kepemilikan uang akan kembali kepada
Mega Bank.
Selanjutnya
sebagai contoh : PT.X mempunyai seorang koonsumen yang mengalami
kecelakaan. karena PT.X bekerjasama dengan PT.Asuransi SS maka
tanggung jawab resiko dilimpahkan kepada PT.Asuransi SS. PT.X
mengirimkan premi setiap bulan kepada PT.Asuransi SS sebanyak 10
ribu, dan harus menangung kecelakaan itu sebanyak 10 jt. Karena biaya
yang dikeluarkan sangat besar, PT.Asuransi SS bekerjasama dengan
PT.KL dalam membagi tanggung jawab tersebut. Sehingga PT.Asuransi SS
menanggung sebesar 2 juta dan premi yang diperoleh 2 ribu/bulan,
sedangkan PT.KL menanggung sebesar 8 juta dan premi yang diperoleh 8
ribu/bulan. Akan tetapi PT.KL merupakan perusahaan anak dari PT.OP
sehingga resiko dan premi di PT.KL kembali di bagi. PT.KL menanggung
2 juta dan premi yang diperoleh 2 ribu/bulan, sedangkan PT.OP
menanggung 6 juta dan premi yang diperoleh 6 ribu/bulan. PT.OP adalah
yang menanggung resiko terbesar, sekaligus yang menerima pendapatan
paling besar. Akan tetapi PT.OP harus mempunyai modal yang sangat
besar dan perusahaan yang mempunyai modal sebesar itu hanya
perusahaan dari luar negeri. Dari pendapatan itu PT.OP membeli saham
Mega Bank sebanyak 60% sehingga kepemilikan dari Mega Bank berpindah
kepada PT.OP. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa uang yang didapatkan
dari konsumen akan mengalir kepada PT.OP yang berada di luar negeri.
Dan
PT.OP memiliki kekuasaan penuh terhadap Mega Bank, PT.X, PT.Assuransi
SS, dan PT.KL. Sehingga mereka dapat mengatur sebuah sistem agar dana
kembali ke tangan PT.OP dan bertambah.
Dari
hal tersebut dapat dilihat adanya konglomerasi modern secara global,
dimana dana yang diputarkan akan kembali kepada PT.OP. Sehingga PT.OP
mempunyai pendapatan yang sangat besar. Hal ini membuat kebocoran
dana dalam perekonomian suatu negara. Karena dana yang dimiliki suatu
negara, akan banyak mengalir ke luar negeri. Bahkan tidak hanya hal
itu, penguasaan di bidang keuangan juga dapat merambah ke bidang
industri. Karena bidang industri banyak membutuhkan modal yang cukup
besar yang dapat dipinjam melalui kredit bank.