Assalamu'alaikum, Hellooo, Welcome to Ine Lettysia's Blog !!!

Rabu, 09 April 2014

TASBIH CINTA Eps 1


TASBIH CINTA

Cerpen karya Ine Lettyia

Jejak-jejak langkahku bagaikan lembaran waktu
Apakahku masih bisa terus melangkah?
Serpihan hidupku kan ku bangun,
Diatas satu cinta
Subhanallah aku mencintainya
Subhanallah aku menyayanginya
Dari ufuk timur, hingga ke barat
Selalu dihatiku... selalu dihatiku...

Syair lagu di Atas Satu Cinta terdengar merdu, namun Aina masih larut dalam lamunan dan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Tepatnya tanggal 31 Desember 2014, dimana seluruh bumi dan seisinya sedang merayakan pergantian tahun. Dentuman demi dentuman kembang api yang indah dilangit, tidak mampu untuk menghapus kesedihan dari wajahnya. Begitulah ia setiap tanggal 31 Desember, kali ini tepat ke 10 kalinya Aina membatalkan janji dengan seseorang. Iah... seseorang, seseorang yang sangat menunggu kehadirannya.
Tanpa sadar Aina terhanyut dalam indahnya syair lagu, sehingga ia tertidur dan bermimpi, masa kecilnya yang indah.

Saat itu usia Aina masih 10 tahun. Aina sedang berjalan di taman komplek perumahannya.
Aina : “ Tasbih... Tasbih... dimana kamu?” (Aina kebingungan mencari Tasbih yang sedang bersembunyi diantara bunga-bunga yang bermekaran).
Namun Aina tidak juga menemukannya, sampai akhirnya ia melihat ada sepasang sendal yang ia kenali. Ia itu sendal milik Tasbih.
Aina : “Dorrrr..... Kena kau”
Tetapi dengan kagetnya Aina melihat Tasbih sudah terkujur kaku.
Aina : “Tasbih... Tasbih.... bangun, kamu kenapa? (Dengan air mata yang mengalir Aina berusaha membangunkan Tasbih tapi Tasbih tidak juga bangun)
Ainapun bangun dan berniat memanggil orang tua Tasbih. Namun kemudian tangan mungil Aina tertahan.
Tasbih : (Ternyata tasbih hanya bercanda)(Sambil memegang bunga ia berkata) “Ini bunga untukmu peri kecil”
Aina : “Dasar nakal, kalau kau berbuat seperti itu lagi aku akan meninggalkanmu” (Sambil memukul-mukul Tasbih)
Tabih : “Apakah kau yakin bisa meninggalkanku, nanti siapa yang akan bermain denganmu? Kau itukan cerewet mana ada yang mau berteman denganmu?”
Aina : “Kau ini ya... awas kau ya...” (Mereka berlarian diantara bunga-bunga yang indah)
Namun mereka hanya menganggap kata-kata itu sebagai suatu bahan gurauan saja.
Sapai akhirnya mereka letih berlarian.
Aina : “Tasbih?”
Tasbih : “Hem,”
Aina : “Mengapa aku dan kamu berbeda, mengapa orangtua kita berbeda Agama, Apakah Tuhan kita bebeda?”
Tasbih : “Tuhan kita semua itu sama, hanya manusia saja yang memiliki pemikiran yang berbeda dan semua itu memiliki tujuan yang sama yaitu mendekati diri kepada Tuhannya”
Aina : “Lalu apakah kamu sudah menemukan Tuhan yang tepat untukmu?”
Tasbih : “Ya... Allah Swt adalah Tuhanku”
Aina : “Lalu dimana Tuhanmu itu?”
Tasbih : “Disini di dalam hatiku”
Tanpa berkedip Aina memperhatikan cara bicara Tasbih. Iah tau meskipun Tasbih adalah anak seorang Ustadz, namun ia masih berumur 10 tahun sama seperti dirinya. Tapi Aina sadar bahwa apa yang dikatakan Tasbih bukanlah suatu lelucon dan Aina belum pernah melihat Tasbih seserius itu.
Aina : “Lalu kenapa kau mau bersahabat denganku, Tasbih? Bukankah orang tuamu melarangmu berteman dengan seorang Kristian? Dan aku ini cerewet seperti katamu.”
Tabih : (Mencubit hidung Aina) “Lalu kenapa kau mau bersahabat denganku, Aina? Bukankah orang tuamu melarangmu berteman dengan seorang Muslim? Dan aku ini nakal dan jail seperti katamu.”
Lalu mereka tertawa dengan kencangnya. Mereka sadar bahwa suatu persahabatan itu tak memerlukan suatu alasan. Karena semua itu bersumber dari sini “Hati”.
Aina : “Tasbih, aku mendengar percakapan wanita-wanita yang ada di sana. Mereka sedang membicarakan tulang rusuk dan tulang punggung. Apa maksudnya Tasbih?”
Tasbih : “Tulang rusuk itu kau, dan tulang punggung itu aku” ( Sambil tersenyum memandang wajah manis Aina)
Aina : “Lalu?”
Tasbih : “Lalu apa?”
Aina : “Iah apa maksudnya”
Tasbih : (Sambil mencubit pipi Aina) “Kau ini peri kecil yang tak tau apa-apa”
Aina : “Tasbih! Aku serius”
Tasbih : “Aku dua rius”
Aina : “Tasbih....”
Mereka berlarian kembali, Aina mengejar Tasbih dengan rasa kesalnya. Tanpa Aina tidak tau bahwa apa yang di katakan Tasbih itu adalah hal yang serius. Dan itulah kisah cinta masa kecil Tasbih dan Aina.
Tasbih : “Aina ini sudah menjelang magrib, Ayo kita pulang?”
Aina : “Apa kau akan mengantarku pulang? Bagaimana kalau kita ketahuan orang tua kita?”
Tasbih : “Sudah tidak apa-apa. Aku ini seorang pria, aku akan melindungimu.” (Dengan menunjukan otot-ototnya. Layaknya pria dewasa)
Aina : “Hahaha... baiklah, aku pegang kata-katamu ya”
Tasbih bermaksud mengantar Aina sampai depan gerbang rumahnya. Namun tiba-tiba orang tua Aina yang baru pulang dari kerja, melihat anaknya berdua dengan Tasbih
Mama Aina : (Turun dari mobil)“Aina... dari mana saja kau? Dasar anak nakal, Masuk ke dalam mobil“
Aina : “Ia ma.. Tasbih aku pulang dulu ya”
Mama Aina : “ Sudah... Tak perlu kau berbicara dengannya. Cepat masuk!”
“Dan kamu anak kecil tidak perlu lagi kamu bermain dengan anak saya!”
Aina dan Tasbih pun pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun meskipun mereka di larang dan di marahi mereka tetap saja bermain bersama.
Keesokan harinya.
Aina : “Sudah satu jam aku menunggu dia tapi tidak datang juga” (Dengan muka kesalnya)
Tasbih : “Dorrr... Lama ya menunggu aku”
Aina : “Menurutmu?”
Tasbih : “Maafkan aku. Aku baru selesai mengaji”
Aina : “Apa itu mengaji? Apakah itu suatu hal yang menyenangkan?”
Tasbih : “Mengaji itu membaca Al-Quran, Kitabku. Iah tentu sangat menyenangkan”
Aina : “Kalau begitu aku ingin mengaji bersamamu Tasbih”
Tasbih : “Benarkah kau mau mengaji bersamaku, Aina?”
Aina : “Iah.. benar aku serius”
Awalnya Aina yang polos dan lugu tidak mengetahui bahwa mengaji itu adalah memperdalam ilmu agama. Yang ada di pikirannya adalah suatu permainan yang menyenangkan. Yah... seperti itu lah... Seorang anak kecil.
Tasbih : “Aina.. Kau tunggu disini sebentar ya... Aku akan kembali 10 menit lagi”
Aina : “Kau mau kemana Tasbih?'”
Tasbih berlari tanpa memperdulikan perkataan Aina.
Aina : “Lama sekali dia.” (Dengan wajah cemberut)
Tasbih kembali dengan wajah letih.
Tasbih : “Ayo...”
Aina : “Kita mau kemana?”
Tasbih : “Aku akan memecahkan celenganku, dan akan ku belikan kau sebuah jilbab”
Aina : “Jilbab? Tapi bukan kah kau sudah menabung ini dari satu tahun yang lalu”
Tasbih : “Benar.. Tapi aku menginginkanmu memakai sebuah jilbab”
Aina : “Untuk apa aku memakai jilbab?”
Tasbih : “Karena kita akan mengaji”
Aina : “Apakah ketika mengaji aku harus memakai jilbab?”
Tasbih : “ Iah tentu... Sudah ikut saja”
Tasbih memilihkan sebuah jilbab merah kecil yang cantik. Sangat cocok dengan kulit Aina yang putih bersih. Aina nampak semakin cantik menggunakannya.
Aina : “Tasbih... Apa aku pantas?”
Tasbih : “Ya sangat pantas.. Kau cantik Aina”
Aina pun tersenyum manis mendengar perkataan Tasbih
Hampir setiap tiga minggu sepekan mereka belajar mengaji tanpa di ketahui orang tua mereka. Aina pun sudah mempunyai AL-Quran sendiri yang ia beli dengan uang jajannya sendiri. Semakin lama Aina semakin mahir membaca AL-Quran. Sampai akhirnya Aina sudah akan khatam, tinggal 3 lembar lagi, dan pada suatu malam tanggal 31 Desember. Dimana semua orang merayakan pesta pergantian Tahun. Papa dan Mama Aina sedang sibuk mengurusi tamu-tamu yang datang ke rumah. Namun Aina sangat ingin secepatnya khatam AL-Quran. Maka secara diam-diam ia keluar dari rumah dan menghampiri rumah Tasbih. Di rumah Tasbihpun keadaannya sangat ramai, tetapi bedanya keramaian tersebut diisi dengan dzikir dan doa.
Secara diam-diam Aina masuk kedalam rumah Tasbih
Aina : Tasbih... Tasbih...! (Dengan nada yang pelan)
Tasbih : Aina? Mengapa kau bisa ada disini?
Aina : Aku sudah tidak sabar ingin menghatamkan Al-Quran, ayo kita mengaji?
Tasbih : Tapi, ini malam pergantian tahun. Dirumahku sangat ramai, bagaimana jika kita ketahuan?
Aina : Apa kau tega melihatku tidak bisa tidur hanya karena memikirkan hal ini?
Tasbih : Baiklah... Aku ambil tasku dulu!
Aina dan Tasbih pun berlari menuju Masjid yang terletak di kompleks mereka.
Namun ketika mereka sedang mengaji ada seorang warga yang melihat dan melaporkan kepada Ayah Tasbih. Dan saat yang bersamaan Mama Aina pun sadar bahwa putrinya tidak ada di rumah. Mama dan Papa Aina langsung pergi ke rumah Tasbih. Dan mereka secara bersama menemui Tasbih dan Aina di Masjid.
Aina : “Shodakallahul adzim”
Tasbih : “Alhamdulillah kamu sudah khatam Al-Quran”
Aina : “Iah, terimakasih Tasbih kau telah mengajarkanku indahnya Islam”
Tasbih : “Berterimakasihlah kepada Allah yang telah memberimu hidayah”
Aina : “Tasbih? Akankah kita kan selalu menghabiskan malam tahun baru bersama?”
Tasbih : “InsyaAllah, aku akan menunggumu disini dan menghabiskan waktu berdua denganmu”
Aina : “Baiklah, aku akan kemari secepat mungkin karena aku ingin menghabiskan indahnya malam tahun baru bersamamu.”
Mereka berdua tersenyum sambil menatap langit, tapi tanpa sadar dibelakang mereka ada ke dua orang tua mereka yang sudah memperhatikan mereka sejak tadi.
Papa Aina : (Dengan muka Marah) Aina...!!! Dasar anak nakal, Cepat kau pulang !!” (Sambil menggenggam tanggan Aina)
Aina : “Tidak aku tidak ingin pulang, Tasbih... Tasbih... Tolong aku”
Tasbih berusaha menarik tangan Aina tapi Ayah Tasbih melarangnya
Papa Aina : “Mulai besok... papa akan kirim kamu ke rumah Eyang putri”
Aina : “Tapi pah, Aina ingin disini, Aina ingin bersama Tasbih”
Papa Aina : “Tidak.. ayo ikut papa"
**** (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar